Advertisement
Jampi-Jampi
Tujuh keping
kembang
Tiga sayap parenjak
Sekantung awan
sakit
Diretas lereng
gunung
Sepokok dahan lirih
Pinggir kayu layu
Empat kristal
syahdu
Mengkabut temu
Puah !
rindu jadi Kau !
Kasihku
(Batam, 10/04,19)
Renggut
Nona, hari sudah malam
Pulanglah, jasadmu
mengantuk.
(Batam, 19/05,19)
Percaya
Percayakah engkau
Akan adanya burung di pepohonan
Meski sebatas kicau ?
Percayakah engkau
Akan adanya angin di sekeliling
Meski sebatas desir ?
Percayakah engkau
Akan hadirnya aku
di malam ini
Meski sebatas doa ?
(Batam 20/05,19)
Penciptaan
Jauh di dalam
kemah kudus-Nya
Tuhan bekerja
mencipta manusia
dengan bentuk
yang segambar
dan serupa dengan-Nya
Yang pertama itu
disebut laki-laki
ditempatkan-Nya
di Firdaus, sehari-hari.
Namun Tuhan
mengerti,
tidak baik
manusia itu dibiar sendiri
maka direnggut-Nya
tulang rusuk satu
lalu bagai
pualam intan
dijadikan-Nya
lah perempuan
(Batam 24/05,19)
Nyanyian Merdu
Kita adalah burung-burung gereja
yang dipelihara-Nya di langit-langit mezbah
yang makan dari hutan belakang biara.
Kita adalah burung-burung gereja
yang dikasihi-Nya melebihi keelokan rupa
yang telah hidup oleh karena kasih karunia.
(Batam, 27/06,19)
Permulaan Doa
Bagai dihajar
angin sepi
lelaki itu
blingsatan,
lindap ditelan
tenungnya sendiri
Setelah redam,
lelaki itu beringsut
meski jantung
masih tak keruan,
dentum bagai
genderang serdadu.
Tak kuat
menanggung begitu lama
maka diciptanya
secarik patah doa :
“Tuhan, kami ingin bersama”
“Tuhan, kami ingin bersama”
(Batam, 29/06,19)
Gereja St. Fransiskus
Asisi
Di ujung jalanan yang
rengkah
dan berdebu
berdiri sebuah gereja
berbatu pagar,
pagar bagai tembok
perlindungan
Di dalamnya,
hanya ada sunyi yang
meringkuk,
dan jiwa yang
bersekutu
bersama kenang dan
angan-angan.
(Batam, 21/07,19)
Kedagingan
Tubuhmu yang pulang
terbujur di meja
makan
hidangan telah matang
daging yang tambun
Didaraskannya doa
dengan hati yang
suwung,
“Tuan, jangan Kau
hadir ke perjamuan”
(Batam, 26/08,19)
Pejantan
Gadis-gadis
berpredikat manja
dan tidak berdaya
bergelantungan di
lengan-lengan kuatnya
termakan manisan dan
buaian
”Tuan !” hardiknya,
“Tanganmu menjamah
dadaku”
(Batam, 05/09,19)
Storge
Gerimis dihantarkan pagi
Bunda yang penuh kasih
bangkit tinggalkan tilam
wajahnya yang berembun
larut dalam rebusan air susu
Kepada kanak-kanak
yang berhamburan di pekarangan
Sang Bunda lirih menyambut,
“Apabila tandus musimnya,
kembalilah menelusuk ke punca botol kaca”
(Batam, 08/09,19)
Burung dalam Sangkar
Burung dara warna jelaga
yang kau pelihara saban hari
telah terbang keluar sangkar
maka disapanya langit yang candala
fajar pertama penuh bunga.
Berpegang pada kelepaknya,
Ia terjang penghujung hari
maka telah jauh ia pergi
ke arah timur, ya, tempat ia menuai umur,
sejenak,
sebelum burit mengubur pekat.
(Batam 08/09,19)
Karya:
Yoseph Felix Rahardjo
(IG: @yos.felix)
Yoseph Felix Rahardjo
(IG: @yos.felix)