Advertisement
Gudnyus.id – Setiap orang mempunyai keinginan untuk menikah dengan orang yang mereka sayangi adalah hal wajar. Mencintai lalu gagal itu juga wajar. Cinta tak selamanya berjalan mulus dan berjalan lurus. Setiap cinta punya ceritanya tersendiri.
Untuk menuju sebuah pernikahan tidaklah mudah. Begitu banyak rintangan dan tantangan yang harus dihadapi setiap insan. Mereka menemui dan melewati aral melintang itu dengan caranya sendiri.
Ada hal dalam kehidupan yang terkadang kita tidak tau pasti apakah akan terjadi ataupun tidak terjadi. Bahkan hal terburuknya adalah hal yang sudah kita rancang hilang begitu saja di tengah jalan.
Ada satu bagian dalam hidupku yang Tuhan izinkan terjadi. Patah hati, sudah jadi hal yang biasa dalam hidupku. Kukira aku akan terbiasa, nyatanya untuk yang ini cukup membuatku sangat jauh jatuh terlalu dalam.
Dan mengalami kecewa yang amat sangat. Tak sanggup aku kiaskan. Aku menjalin hubungan dengan pria yang menurutku sejalan dengan aku. Setidaknya itulah yang awalnya kurasakan.
Kami sudah menjalin hubungan cukup lama dan kedua orang tua kami sudah saling mengetahui dan memberikan restu jikalau kami kelak bersama.
Dan hal itu menjadi kenyataan, singkat cerita aku dan dia ingin melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius. Semua aspek sudah dipersiapkan dengan matang. Entah hal apa yang membuat kami bisa sebegitu mudahnya ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih serius.
Sayangnya, menjelang hari yang dinantikan aku dan dia berselisih paham, ada pemikiran kami yang tidak sejalan padahal hari bersejarah itu tinggal menghitung hari saja. Ntah apa, aku merasa selisih paham kami tidak biasanya sampai seperti ini, aku coba untuk mengalah namun itu saja tidak cukup.
Dan harusnya hari itu merupakan hari paling bersejarah sepanjang hidupku, hari yang aku nantikan karena aku memutuskan untuk menikah dengan pria pilihanku, hari yang seharusnya menjadi hari sakral. Namun hal itu sirna begitu saja.
Sangat sakit pilihan itu, namun banyak hal yang tidak bisa diceritakan. Bukan sebuah keputusan yang sepele sampai kita bisa memutuskan untuk menikah, tapi ntah apa, Tuhan masih mengizinkan semuanya terjadi, sampai-sampai aku sebegitu yakinnya akan berjalan tanpa ada halangan namun kenyataanya berbeda dan menbuatku menyerah.
Bukan sesaat aku putuskan untuk menyerah, namun benar-benar di saat aku merasa sudah lelah dan sudah tak sanggup lagi untuk bertahan. Aku percaya keajaiban itu ada, dan ketika aku tak berdaya lagi mungkin di saat itulah aku harus berhenti dan menyerah (pemikiranku dikala itu). Salahku? Ya, salahku yang tak berdaya untuk mempertahankan hubungan kami.
Hai… kamu yang pernah menjadi calon suamiku. Aku masih merindukanmu. hingga saat ini, aku teringat memandang wajahmu saat datang terakhir kali ke rumah dengan penuh keberbesaran hati, dengan penuh tanggung jawab, dan tatapanmu yang begitu ikhlas menerima ini semua.
Saat kau datang untuk terakhir kalinya dan berpamitan kepada Mama dengan lemah lembut seolah tidak ada masalah yang terjadi. Saat itu membuatku jatuh semakin dalam.
Ditambah foto-foto prewedding kita, sayang untuk dibuang. Senyum kita begitu lepas sekali, jarang-jarang aku bisa menikmati senyumanmu seharian.
Terukir jelas dengan indah bagaimana kau kecup pipiku begitu lama sekali karena sedang difoto. Disitu aku merasa bahagia yang amat sangat. Hari ini masih sering aku lihat foto kita saat aku rindu.
Chat dari pertama kali kita kenal pun masih tersimpan meski kini kita tak lagi berteman. Setiap kenangan denganmu amatlah berharga, karena aku benar-benar belajar untuk menyanyangi, mengasihi, bersabar, mendengarkan, memahami dan menggunakan akal untuk menikmati setiap waktu denganmu.
Seperti mimpi rasanya, ternyata bukan kamu orang yang akan kulihat setiap hari.
Bukan kamu yang akan ku ganggu jikalau aku didiami karena terlalu serius menonton TV.
Bukan aku yang akan menjahili kamu setiap kamu berolahraga yang katanya pingin kurus, namun setelah itu malah ngemil.
Bukan aku yang akan merawatmu jika kamu sakit.
Bukan aku yang menggenggam tanganmu kemana pun engkau pergi.
Bukan kamu yang akan aku tatap disaat aku membukakan pintu.
Kamu yang selalu jadi orang yang kupikirkan sebelum aku tidur dan orang pertama yang aku pikirkan saat aku bangun. Terima kasih untuk kamu yang pernah singgah dan ingin mengikat janji suci bersamaku.
Terima kasih untuk setiap waktu yang diluangkan padaku. Terima kasih untuk setiap pelukan yang menenangkan hatiku. Terima kasih sudah pernah membahagiakan aku.
Terima kasih untuk itikad baikmu melamarku. Terima kasih untuk segala yang pernah engkau berikan padaku tak sanggup aku menceritakannya.
Untuk mama, keluargaku, serta sahabat dan teman-teman terima kasih. Disaat aku terjatuh dan tenggelam dalam kekecewaan, kalian selalu ada disampingku dan berusaha membangkitkan ku dari keterpurukan yang amat menyiksa jiwa, raga, pemikiran dan waktuku.
Teruntuk Mama, maafkan anak gadis mu ini Ma, yang belum bisa membahagiankanmu padahal tinggal selangkah lagi aku bisa mewujudkan mimpi mama.
Tapi aku sadar setiap kejadian menyimpan pesan tersirat yang harus kupetik hikmahnya. Aku berharap mama tidak kecewa dan aku akan berusaha sekuat tenaga ku untuk selalu membahagiakan mama dengan cara ku dan hal lain yang bisa membuat mama Bahagia.
Hal yang aku dapat dari kejaiban ini adalah sintailah sekuat kamu bisa mencintai. Berjuanglah lebih kuat dari biasanya engkau berjuang. Bersabarlah lebih dari biasanya engkau bersabar, cintailah sampai kau jadi orang paling bodoh dalam mencintai.
Tapi semua itu hanya sia-sia jika Tuhan tidak menghendaki. Janganlah engkau menyerah pada suatu keadaan dan jangalah engakau terjatuh terlalu dalam pada suatu kenyataan tetaplah berdiri tegap.
SMski berat, tataplah lurus kedepan jangan kau tunduk ke bawah apalagi melihat ke belekang. Jalan kita masih Panjang masih banyak impian yang harus kita capai.
Penulis: MU