Advertisement
Gusnyus.id - Literasi lebih dari sekedar membaca dan menulis. Literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Hal itu disampaikan Pejuang Literasi, Muhaini saat menjadi pembicara dalam Seminar Literasi dengan tema 'Tren Jurnalistik dan Kehumasan' yang diselenggarakan pada hari Sabtu, (31/8).
Aini mengatakan literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya. Menurutnya, penguatan literasi merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang menjadi amanat dalam pembukaan UUD 1945.
"Sejarah mencatat orang-orang hebat dan pahlawan bangsa Indonesia adalah mereka yang literasinya kuat, Soekarno, Mohammat Hatta, R.A. Kartini dan lainnya," ujar Aini.
Aini mengungkapkan saat ini pertumbuhan literasi di Indonesia belum cukup membanggakan. Menurut survei yang dilakukan UNESCO tahun 2016, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara di dunia pada level literasi baca.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) di tahun 2017 menunjukkan minat literasi yang kurang di Indonesia. Rangking yang diraih negara ini adalah 62 dari 70 negara yang disurvei.
"Hasil survei World Culture Index Score di tahun 2018, kegemaran membaca masyarakat Indonesia memang meningkat signifikan. Indonesia menempati urutan ke-17 dari 30 negara. Tapi ini belum membanggakan karena belum bisa masuk 15 besar," jelasnya.
Aini menilai krisis terhadap literasi akan memiliki dampak buruk terhadap perkembangan bangsa dan negara diantaranya adalah menghambat perkembangan pola berpikir, mudah terprovokasi dengan berita yang belum tentu benar, menurunnya produktifitas dan sulit mandiri serta berdaya sehingga meningkatkan angka pengangguran.
"Untuk membangun kualitas generasi muda di Batam, komunitas ini memiliki komitmen untuk menumbuhkan minat baca dan menulis. Today Reader, Tomorrow Leader," pungkas Aini.