Advertisement
Gudnyus.id - “Bila everything happen for a reason, ingin rasanya kutanyakan pada Tuhan, apa alasan Dia menciptakan manusia yang satu ini”- Buku Manager Gabener
Tentang satu-satunya jenis makhluk yang diberi akal, gairah serta nafsu yang komplit dalam satu paket raga, dapat memimpin klasemen di atas makhluk cahaya, namun bisa juga menjadi keset kaki si api. Terkadang dia (kita) ini tidak kunjung sadar diri, sudahlah di usir, masih juga berlagak layaknya pemilik semesta.
Tentang kehidupan fana,
kita berlomba-lomba menjadi pemuncak, bahkan tak jarang saling menyikut hingga
membuat yang lain cidera parah, hati patah, dan tak tentu arah. Membabi buta menyerang
lawan dan kawan demi kedudukan yang sesungguh tak lama bertahan.
Bahkan sampai saat ini pun masih ada yang menyekutukan-Nya hanya untuk lembaran dan kepingan emas dan bongkahan intan.
Bahkan sampai saat ini pun masih ada yang menyekutukan-Nya hanya untuk lembaran dan kepingan emas dan bongkahan intan.
Banyak memang yang bisa menyadarkan diri ini sesungguhnya tak punya apa-apa, tapi keras kepala, pengalaman pahit maupun manis, lingkungan bermain, serta literasi yang dimiliki hanya untuk alat pembanding, bahwa aku lebih baik.
Padahal, semua ilmu pengetahuan yang mengalir dan beredar disekeliling harus bermuara ke Pencipta, kali ini pepatah padi berlaku, semakin berisi, semakin menunduk, bukan semaking kosong semakin bangga.
“Aku ya seperti ini, kalau
suka ya syukur, kalau tidak ya sudah, tinggalkan” tidak salah pernyataan ini dikeluarkan
lantaran mendengar omongan yang menyudutkan serta menyayat hati, tapi kalau
subtansinya dalam sebuah lingkup nasihat, ada baiknya jangan dikeluarkan. Ini justru
menghukum dia yang berusaha menasihati kita yang sudah mengeluarkan kelembutan
serta ketulusan hati.
Lagi, karena Dia memberikan kita nafsu, kita malah menyalahgunakannya untuk menghardik sesama ciptaanNya. Akal dikalahkan dengan mudah tanpa perlawanan, kemudian nafsu-nafsu itu berubah menjadi energi yang berpanutan ke arah negatif. Dasar manusia!
Dalam keadaan telanjang
dan hanya membawa jasad, kita memiliki ambisi besar di dunia ini. “Semuanya
harus ku miliki” dan lupa dengan misi menyampaikan kebaikan apapun itu
bentuknya. Seperti yang di bilang di awal tadi, kita bisa menyaingi malaikat,
dan bisa menjadi hina layaknya pijakan
iblis.
“Dia kan tuhan ciptakan
memang untuk mengabdi kepada-Nya, wajar saja kalau surga jaminannya” Iya benar,
tidak salah kalau kamu beranggapan seperti itu.
“Lah, siapa suruh di
sombong, Tuhan kan nyuruh dia sujud di hadapan Manusia pertama, tapi dia
membangkang. Katanya dirinya lah yang lebih baik. Pantas saja Tuhan mengusirnya
dari tempat yang diidamkan oleh seluruh makhluk” Ini juga benar, kan sudah
jelas dia makhluk terkutuk.
Seperti yang ku bilang
tadi, kita ini sudah komplit satu paket yang berisi, akal, perasan yang dan
nafsu yang dibungkus dalam raga sehingga peran kedua makhluk di atas bisa kita
mainkan, bisa lebih baik atau bahkan lebih hina. Ingatkan aku sekali lagi, bukankah
kita ini wakil-Nya? Yang menyampaikan kepada yang lain tentang eksistensinya
yang menyeru kepada kebaikan dan menjauhi larangan.
Sebuah kebaikan harus disampaikan
melalui sebuah media. Media yang dimaksud kali ini adalah cara. Bisa jadi,
sebuah kebaikan yang ditunjukkan seseorang, belum tentu bisa ditiru untuk kita
pakai, jadi, pahami tentang menyampaikan ini.
Kita tidak punya hak untuk menggurui yang lain, sekali pun yang ditemui adalah orang yang lebih bodoh. Tapi ingat, tidak ada orang yang bodoh. Kita tidak ditugaskan memberi label.
Kita tidak punya hak untuk menggurui yang lain, sekali pun yang ditemui adalah orang yang lebih bodoh. Tapi ingat, tidak ada orang yang bodoh. Kita tidak ditugaskan memberi label.
Aku berpuisi dihadapan mu
Tuhan
Demi menyampaikan bahwa
engkau ada dan tiada dua
Bahwa engkau menyeru kami
kepada kebaikan
Dengan berbagai cara kami
sampaikan
Agar kami menyadari tugas
kami di dunia ini
Tuhan, seraya kami berdo’a
jauhi sifat sombong ini
Sumber Foto : freepik.com