Advertisement
Gudnyus.id - Sebagai upaya menambah wawasan dan motivasi untuk mahasiswa Politeknik Negeri Batam (Polibatam), Ikatan Alumni Politeknik Negeri Batam (IA Polbat) mengadakan talkshow dengan tema 'Bincang-Bincang Pulang Kerja'. Talkshow ini juga menjadi salah satu rangkaian acara pelantikan Pengurus Pusat IA Polbat periode 2019-2022, Kamis malam (30/1).
Ketua bidang publikasi dan kreatifitas IA Polbat, Rizka Syahputra mengatakan tema Bincang-Bincang Pulang Kerja ini dipilih karena sesuai dengan acara yang memang terselanggara pada malam hari. Narasumber yang hadir memberikan materi pun merupakan alumni Polibatam diantaranya Suryadin, Hadyanna Prathita Rahayu dan Ismail.
"Narasumber yang hadir memang baru pulang kerja semua. Kami berterima kasih karena di tengah kesibukannya, alumni masih rela meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan mahasiswa mengisi talkshow ini," jelas Putra.
Acara Talkshow ini dimoderatori oleh ketua LPM Paradigma Polibatam, Abdullah Affandi. Setiap narasumber diberi kesempatan untuk pemaparan masing-masing selama 10 menit yang kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama peserta.
Founder My Bus Batam, Ismail mengungkapkan pengalaman organisasi semasa kuliah mengajarkan pentingnya penguasaan soft skill yang mumpuni dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Berawal dari organisasi itulah yang membuat saat ini Ismail terjun ke dunia bisnis.
"Wawasan dan relasi yang tidak terbataslah yang mendasari saya mengambil keputusan untuk berwirausaha," ungkap Ismail.
Ia juga menekankan bahwa ilmu tidak hanya berada di ruang kelas. Berorganisasi merupakan wadah yang tepat untuk meningkatkan soft skill dan memperbanyak relasi untuk menunjang usaha yang akan dibangun.
"Setelah kita lulus kuliah, kita butuh lebih dari sekedar nilai yang tertulis di selembaran ijazah. Mulailah bisnis anda sekecil apapun itu, karena disitu anda akan diajarkan tentang arti kesabaran dan kemandirian dalam membesarkannya," ujarnya.
Senada dengan itu, Suryadin pun mengingatkan pentingnya soft skill, khususnya public speaking. Ia menilai kemampuan komunikasi atau public speaking berhubungan erat dengan setiap aktivitas harian. Mempelajari ilmu komunikasi sejak dini akan jadi hal yang sangat mahal nan berharga di masa yang akan datang.
"Manusia adalah makhluk sosial maka untuk memenuhi kebutuhannya digunakan konektor terbaiknya yaitu komunikasi. Karena dengan berkomunikasi yang baik akan menjadikan kita pribadi yang mampu menyenangkan dan menyelelaraskan frekuensi bicara kita dengan siapapun," jelas dia.
Suryadin yang kini dipercaya sebagai Pembantu Direktur 4 bidang Perencanaan Kegiatan di Kansa Publik Speaking School ini juga menyampaikan soft skill adalah kecerdasan emosional, agar mudah mengetahui dan mengembangkannya adalah dengan masuk jauh lebih dalam terhadap masalah. Pintar tidak cukup jadi acuan kesuksesan, tapi dengan adanya soft skill sudah lebih dari cukup untuk mendongkrak kecerdasan.
"orang yang cerdas mampu meyakinkan suatu hal dengan menaruh kepercayaannya bukan pada argumen yang benar saja, tetapi pada kata yang tepat. Karena kekuatan berbahasa dan berbicara selalu lebih besar daripada kekuatan indera semata," pesan dia.
Narasumber lainnya, Hadyanna Prathita Rahayu atau yang akrab disapa Thita dalam kesempatan pemaparannya mengenalkan sebuah buku berjudul 'Salam Jari Tanpa Cincin'. Buku yang diterbitkan bulan Juli 2018 itu berisi kumpulan kisah beberapa anggota Spinmotion Indonesia sebagai bentuk mosi untuk menghilangkan stigma negatif single parent dan membuka mata masyarakat tentang anomali-anomali yang terjadi pada relasi pernikahan dan hukum perkawinan di Indonesia.
"Advokasi bukan merupakan tanggungjawab advokat semata sebagai konsultan hukum. Tiap individu dalam masyarakat termasuk mahasiswa baiknya bisa melakukan advokasi melalui kegiatan-kegiatan positif ormawa atau komunitas/organisasi lain di luar kampus," ujar Thita yang kini aktif sebagai aktivis Spinmotion dan telah menyelesaikan pendidikan hukum.
Menurutnya, hakikat advokasi adalah bentuk komunikasi persuasif yang bertujuan untuk mengubah pandangan pemangku keputusan sehingga bisa dilakukan oleh semua pihak. "Lewat Ormawa seperti KUAS/LPM Paradigma, mahasiswa mempunyai wadah untuk mengangkat isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat," pungkasnya.