Advertisement
Gudnyus.id - Perusahaan startup memiliki tujuan yang sama dengan perusahaan-perusahaan terbuka lainnya, yaitu mendapatkan keuntungan atau profit. Namun dikarenakan umur perusahaan startup yang cenderung masih dalam tahap awal (kurang dari atau sama dengan satu tahun) membuat perusahaan jenis ini relatif lebih sulit dalam hal ketersediaan data historis keuangannya.
Sedangkan para investor berminat atau tidaknya untuk investasi pada perusahaan dilihat dari riwayat laporan keuangan yang tersedia sehingga dapat dilihat apakah mengalami peningkatan atau penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi hambatan bagi perusahaan startup untuk mendapatkan dana segar dari investor ataupun dari pasar modal.
Pada perusahaan terbuka lainnya hal ini bukanlah menjadi hambatan, karena mereka telah memiliki rekam jejak (track record) akan kondisi perusahaan mereka yang membuktikan kelangsungan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, sehingga para investor menjadi percaya dan bersedia untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut (Damodaran, 2009).
Kesulitan dalam hal pengumpulan dana atau pun modal dari para investor ataupun pasar modal membuat perusahaan startup cenderung bergantung pada modal pribadi dari pemilik perusahaan, sehingga pada awal bergeraknya perusahaan lebih banyak menggunakan ekuitas.
Ketergantungan secara modal pada satu pihak saja yang membuat perusahaan-perusahaan startup rentan untuk mengalami kegagalan pada awal tahun berdirinya perusahaan. Hal ini membuat mereka harus bergerak cepat untuk menghasilkan arus kas (cash flow) ke dalam perusahaan dengan jeli melihat peluang yang masyarakat butuhkan dan dapat menyediakannya sebelum yang lain mengikuti (Patel, 2011).
Perusahaan startup pada awal berdiri menghabiskan sebagian bahkan seluruh modal awal yang dimiliki oleh perusahaan untuk mengembangkan dan memasarkan produknya ke masyarakat, sehingga dalam laporan arus kas perusahaan startup cenderung menunjukkan kerugian atau loss. Ditambah lagi apabila produk yang ditawarkan pada masyarakat atau pasar ternyata tidak mendapatkan respon yang positif. Hal ini dapat menyebabkan arus kas perusahaan yang minus untuk waktu yang cukup lama.
Ketidakpastian akan waktu mendapatkan profit inilah yang membuat investor pada umumnya enggan untuk berinvestasi pada perusahaan startup. Penilaian bisnis atau valuasi bisnis perusahaan startup, yang menjadi dasar pertimbangan keputusan investasi bagi para investor, memiliki tujuan yaitu para investor secara garis besar dapat menghitung nilai intrinsik atau nilai wajar dari perusahaan startup tersebut.
Valuasi Perusahaan Startup vs Perusahaan Konvensional
Perhitungan nilai perusahaan konvensional tidak dapat diterapkan pada perusahaan startup, karena beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam penilaian perusahaan konvensional tidak ditemukan pada perusahaan startup (Pratama, 2018).
Penilaian perusahaan konvensional dengan menggunakan pertimbangan sebagai berikut:
1. Nilai perusahaan di bursa saham (market cap)
2. Nilai dari jenis saham lain yang dimiliki perusahaan (misal: saham preferen, minority
interest)
3. Utang perusahaan
4. Uang tunai yang dimiliki perusahaan.
Sebaliknya pada perusahaan startup yang menjadi pertimbangan dalam menilai perusahaan
adalah sebagai berikut:
1. Jumlah dan nominal transaksi
2. Jumlah pengguna
3. Teknologi produk
4. Kualitas tim
5. Kompetitor
Untuk menentukan dan membandingkan investasi pada perusahaan startup dengan investasi pada aset riil maupun finansial, maka digunakan tingkat hasil (rate of return) dari emas dan properti yang merupakan asset riil dan saham sebagai aset finansial.
Sumber:
STARTUP BISNIS SEBAGAI ALTERNATIF INVESTASI
Ika Yanuarti dan Helena Dewi, Universitas Multimedia Nusantara
Foto: ybox.vn