Advertisement
Gudnyus.id - Selama seminggu operasi TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) di wilayah Batam telah menghasilkan volume hujan total mencapai 32,1 juta meterkubik. Waduk Duriangkang dan Waduk Sei Ladi saat ini telah mengalami kenaikan elevasi TMA (Tinggi Muka Air).
Hal itu terungkap saat kunjungan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza dan Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam yang juga menjabat Walikota Batam Muhammad Rudi ke Posko TMC Batam yang berada di area Bandara Hang Nadiem hari ini. Kedatangan Kepala BPPT didampingi Deputi TPSA BPPT Yudi Anantasena dan Plh Kepala BBTMC-BPPT Jon Arifian .
“Batam merupakan kawasan yang strategis, terutama untuk sektor industri. Ketersediaan air baku menjadi hal krusial yang perlu dikelola dengan baik agar mampu memenuhi kebutuhan air bagi sektor domestik maupun untuk keperluan sektor industri. Mudah-mudahan hasil TMC di Batam kali ini cukup positif dan nantinya dapat menjadi bagian integral dalam pengelolaan air waduk di Pulau Batam. Dengan perencanaan yang lebih baik, nilai manfaat hasil pelaksanaan TMC dapat memberikan hasil yang lebih optimal,” ujar Hamam Riza di Batam, Kamis (18/6/2020).
Hal senada disampaikan Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Muhammad Rudi. “Air waduk merupakan sumber utama air baku di Pulau Batam. Oleh karena itu, kami sangat berharap agar BPPT dapat membantu kami dalam menambah ketersediaan air di sejumlah waduk yang ada di Pulau Batam. Jika hasil TMC kali ini nanti mampu memberikan tambahan air yang cukup signifikan di sejumlah waduk untuk disimpan sehingga nantinya kami tidak mengalami krisis air baku saat musim kemarau tiba, tentu ini akan sangat luar biasa,” tuturnya.
Jon Arifian, selaku Pelaksana Harian Kepala BBTMC (Plh. Ka.BBTMC) mengatakan berdasarkan hasil analisis data curah hujan TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) yang dihitung oleh Tim Posko TMC selama tujuh hari operasi berlangsung, total volume air hujan yang jatuh di dalam wilayah tangkapan (catchment area) Waduk Duriangkang capai 32,1 juta meter kubik.
“Posko TMC pantau Waduk Duriangkang dan Waduk Sei Ladi telah mengalami kenaikan elevasi TMA, masing-masing setinggi 8 cm dan 3 cm. Sesuai kontrak, pelaksanaan TMC di P. Batam direncanakan akan berlangsung selama 30 hari. Mudah-mudah di sisa waktu ke depan masih ada potensi cuaca yang dapat dioptimalkan oleh Tim TMC untuk menambah ketersediaan air waduk-waduk lainnya di Pulau Batam,” ujar Jon Arifian.
Tercatat ada 9 waduk yang saat ini dikelola BP Batam, yaitu Waduk Sei Harapan, Waduk Sei Ladi, Waduk Mukakuning, Waduk Sei Nongsa, Waduk Duriangkang (terbesar), Waduk Baloi, Waduk Tembesi, Waduk Rempang dan Waduk Sei Gong. Diantara kesembilan waduk tersebut, Waduk Duriangkang merupakan waduk dengan daerah tangkapan air terbesar yang mampu memasok air baku 70 persen dari seluruh kebutuhan masyarakat di Batam.
Koordinator TMC-BPPT Posko Batam Budi Harsoyo mengatakan operasi TMC di Batam ini merupakan operasi tersulit. “Catchment area Waduk Duriangkang yang menjadi target utama operasi TMC di Pulau Batam hanya seluas 75,18 km2, sempit sekali. Bandingkan dengan luas catchment area Waduk Kaskade Citarum di Jawa Barat yang luasnya sekitar 6.080 km2. Jadi, kami harus benar-benar bisa memanfaatkan window of opportunity yang sangat singkat sekali. Terlambat 10 menit saja kami sampai ke awan target yang akan disemai, hasil hujannya bisa jatuh diluar catchment dan tidak memberikan hasil apa-apa bagi inflow di waduk target. Oleh karenanya, saat ini kami disini dituntut untuk selalu ekstra siap dan ekstra sigap,” ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala BBTMC-BPPT Tri Handoko Seto menilai tim TMC sudah bekerja sangat maksimal ditengah pandemi Covid 19. “Operasi TMC di Batam dilaksanakan bersamaan dengan operasi TMC di Sumsel dan Riau. Tugas tim BBTMC tidak berkurang di era pandemi. Namun, kami tetap mengutamakan keselamatan dengan menerapkan protocol kesehatan yang berlaku,” ujarnya.
Sementara itu, tim BPPT juga menemukan permasalahan eceng gondok di badan air waduk. “Badan air waduk cukup banyak ditumbuhi oleh tanaman eceng gondok. Jika sekiranya diperlukan, BPPT juga siap bekerjasama dengan BP Batam untuk mengatasi permasalahan eceng gondok di waduk dengan teknologi remediasi,” ujar Yudi Anantasena, Deputi TPSA BPPT. Teknologi remediasi atau bioremediasi yaitu memanfaatkan mikroba (jamur atau bakteri) untuk mengurangi polutan atau membersihkan kontaminasi lingkungan.