Advertisement
- Penulis: Jhony Ardiansyah
Sesampainya, Agra menemukan pasukannya dan ternyata kondisi desa sudah dalam keadaan diserang. Tetapi, pasukan berhasil menahan agar tidak memasuki Desa Yama Nangsa. Agra melihat keadaan yang semakin kacau dan kalah jumlah, akhirnya membuatnya ingin memukul mundur pasukannya itu dan tetap ingin setidaknya mengalahkan lebih banyak pasukan lagi.
Pertempuran tidak seimbang pun terjadi dan hari sudah semakin sore. Agra melihat sebagian besar pasukannya telah tewas. Nafsu Agra yang ingin menyelesaikan pertarungan seorang diri pun berhasil. Ia mangalahkan pasukan musuh dan memukul mundur mereka. Agra dan yang tersisa, yaitu tinggal lah dua rekannya yang menyarankan untuk kembali ke kerajaan.
Agra dengan berat hati menolak dan memulangkan pasukannya yang tersisa itu untuk kembali ke kerajaan. Agra pun kembali ke tempat yang sudah dijanjikan bersama Clara tadi.
Clara yang mengetahui Arga penuh dengan luka pun menangis melihatnya karena ia juga tau bahwa pasukannya pun telah banyak yang tewas terbunuh. Akhirnya, Clara membersihkan luka di badan Agra.
Mereka pun semalaman berdua tertidur hingga tak sadar bahwa pasukan Kerajaan Kerastera menyerang dengan seluruh kekuatannya hingga membuat Desa Yama Nangsa menjadi porak poranda. Agra dan Clara mendengar suara bising di arah Danau Merah, mereka pun bergegas pergi meninggalkan pohon besar itu dan mencari tempat yang lebih aman.
Namun, di tengah perjalanan rombongan pasukan musuh mengejar Agra dan Clara yang sudah tampak lelah berlari itu. Dengan suara gemuruh yang mengarah ke mereka, ternyata suara itu adalah hujan panah yang dilepasakan untuk membunuh mereka berdua.
Agra yang mengetahui itu pun bergegas memasangkan baju tempur yang ia pakai, serta memeluk erat Clara. Tak lama setelah itu, ratusan anak panah menghujani mereka dan bersarang lah anak panah di tubuh Agra, darah mengalir dengan derasnya harapan untuk hidup ternyata tinggal lah hanya beberapa saat lagi.
Dari arah yang berlawanan, tampak pasukan besar Kerajaan Kumara menyerang balik. Dengan suara yang tertatih, Agra menjawab pertanyaan Clara yang belum sempat ia jawab. “Perang ini untuk membawa perdamaian. Ribuan nyawa berhak menjadi saksi dalam sejarah ini. Bukan kah kau dilahirkan disini? Lalu semua masyarakat disini adalah prajurit kerajaan, tetapi aku bukanlah pangeran yang sudah ku katakan kemarin”.
Clara pun hanya bisa menangis tersedu-sedu dan kata-kata yang terucap dari mulut Agra sudah mulai tertatih. “Terima kasih sudah menyelamatkanku dan pasukanku selama kami terlelap hingga tanganmu terluka”.
Pelukan Agra mulai melemah dan berkata, “Baca lah surat ini. Kembali dengan selamat, kau harus berjanji untukku”.
Tak lama, pasukan pun datang untuk menyelamatkan mereka berdua. Agra sempat menuliskan surat sebelum berkumpul dengan pasukannya pada waktu itu.
Sumpah Agra yang berisi "Akan ku ubah Danau Merah menjadi Danau Biru kembali". Di balik surat itu, terdapat ungkapan dari seorang hati Agra yang berisi:
“Clara Aksara, jika kau melihat danau itu masih bercampur dengan darah, maka selamanya sumpah yang ku buat akan terus mengalir untuk selama nya. Aku ingin melihat senyummu lagi untukku, bukan sebuah tangisan. Aku ingin memelukmu, tapi bukan untuk terakhir kalinya. Hidupku sepenuhnya akan ku abadikan untuk kerajaan ini, tetapi hatiku sudah ku karamkan untuk mu. Jika kau memiliki perasaan yang sama denganku, aku akan mengucapkan terima kasih karena sudah mengabulkan sebagian dari mimpiku”.
Kemudian, pasukan yang datang untuk menyelamatkan mereka terlambat untuk menyelamatkan nyawa Agra yang sudah kehilangan banyak darah. Pasukan besar itu langsung dipimpin oleh panglima tempur yang menggunakan strategi yang dibuat oleh Agra sebelumnya.
Karena mendapat informasi dari dua pasukan yang selamat tadi, di akhir Clara terus menangis sambil mengatakan, “Lalu, untuk apa air mata ini jika aku tak memiliki perasaan yang sama untukmu?”
Agra seperti dapat melihat kematiannya sendiri yang persis dengan yang ia tuliskan. Di akhir surat, ia mengatakan "Adakah jalan keluar untuk ini Clara Aksara?"
Selesai.