Advertisement
Gudnyus.id - Ada sebuah ungkapan bahwa “Roda nasib selalu berputar, tidak ada yang selalu diatas tidak ada pula yang selalu dibawah”. Mungkin hal ini lah yang sedang dirasakan oleh AC Milan, sebuah klub sepakbola yang bermarkas di Milan, Italia.
Namun bukan sebuah kemajuan yang dirasakan oleh AC Milan melainkan sebuah kemunduran. Sedekade lalu AC Milan merupakan salah satu klub tersukses di Eropa dan Dunia, sekarang AC Milan bahkan kesusahan untuk mendapatkan tiket Liga Eropa yang merupakan kompetisi kasta kedua di Eropa.
AC Milan didirikan pada tahun 1899 oleh ekspatriat Inggris yaitu Alfred Edwards dan Herbert Kilpin, yang berasal dari kota Nottingham. Dua tahun setelah berdiri AC Milan langsung mendapatkan trofi pertamanya yaitu trofi kasta tertinggi liga Itali yang sekarang bernama Serie A. Sejak didirikan hingga saat ini, AC Milan sudah mengoleksi 50 trofi, yang terdiri dari 32 trofi domestik dan 18 trofi internasional.
Gelar pangeran Eropa yang diberikan kepada AC Milan juga bukannya tanpa alasan, mereka merupakan klub sepakbola dengan perolehan trofi Liga Champions Eropa terbanyak kedua setelah Real Madrid yaitu 7 trofi. Terakhir kali AC Milan meraih trofi Liga Champions yaitu pada musim 2006/07, yang saat itu hanya terpaut 2 trofi dari sang raja dimana Real Madrid memperoleh 9 trofi.
Banyak yang memprediksi AC Milan akan menggulingkan Real Madrid dari tahtanya dan akan menjadi Raja Eropa yang baru. Namun yang terjadi malah sebaliknya, AC Milan tidak pernah lagi menjuarai Liga Champions Eropa dan Real Madrid menambah koleksi trofinya menjadi 13 trofi yang akan sulit untuk dikejar. AC Milan bahkan juga bisa kehilangan gelar Pangeran Eropa miliknya karena saat ini trofinya hampir terkejar oleh Liverpool FC yang memiliki 6 trofi Liga Champions.
Dari tahun 2010 hingga saat ini AC Milan hanya memperoleh 3 trofi, yaitu Serie A musim 2010/11, dan Piala Super Itali tahun 2011 dan 2016. Sejak tahun 2014 AC Milan tidak pernah lagi mengikuti Liga Champions Eropa dan hanya sanggup bermain di Liga Eropa yang merupakan kompetisi kasta kedua. Apa yang membuat AC Milan mengalami kemunduran? Mengapa sang pangeran eropa hanya mampu bermain di kasta kedua?.
Kemunduran AC Milan diakibatkan oleh beberapa faktor. Mulai dari pergantian kepemilikan, terlalu sering berganti Presiden klub, terlalu sering berganti pelatih, skuad yang tidak padu dan terlambatnya regenerasi pemain, serta kemampuan finansial dari klub tersebut. Sudah ada 3 presiden dan 9 pelatih yang menjabat sejak tahun 2010. Hal ini tentu tidak bisa membuat kestabilan di dalam klub dimana setiap presiden memiliki kebijakannya masing-masing yang akan selalu berubah jika ada pergantian.
Demikian juga dengan pelatih yang memerlukan waktu tidak sebentar untuk membuat sebuah tim mengeluarkan performa terbaiknya. Jika dihitung AC Milan mengganti pelatihnya hampir setahun sekali, dimana tim akan susah mengeluarkan performa terbaiknya karena strategi yang diterapkan selalu berubah.
Saat AC Milan menjuarai Liga Champions pada musim 2006/07, skuad mereka banyak dihuni pemain bintang yang berbakat. Nama-nama seperti Dida, Cafu, Paolo Maldini, Gattuso, Filippo Inzaghi, Clarence Seedorf, Alessandro Nesta, Andrea Pirlo, dan Ricardo Kaka mengiasi skuad dari AC Milan. Kesuksesan dan memiliki skuad terbaik seakan membuat AC Milan terlena untuk memikirkan masa depan. Mereka seperti lupa bahwa tidak selamanya nama-nama ini akan terus bermain untuk AC Milan. Regenerasi pemain seolah hilang dari benak AC Milan.
Namun ketika mereka menyadarinya itu semua sudah terlambat, satu persatu pemain itu mulai pindah ke klub lain, ada pula yang pensiun karena usia sudah tidak bersahabat lagi, namun AC Milan juga belum mendapatkan pemain masa depannya. Kemampuan finansial juga mempengaruhi AC Milan karena mereka tidak mampu mendatangkan pemain bintang yang akan mengembalikan kejayaan klub tersebut.
Sampai saat ini AC Milan masih terus memperbaiki skuadnya dengan harapan bisa kembali ke kompetisi tertinggi benua Eropa dan mempertahankan gelar Pangeran Eropa miliknya. Apakah AC Milan akan bangun dari tidur panjangnya? Atau mereka akan tertidur selamanya?
Penulis: Abdullah Affandi