Advertisement
Gudnyus.id - Startup adalah bisnis rintisan yang banyak bersentuhan dengan teknologi digital. Ada beberapa kategori startup. Dua di antaranya adalah e-commerce yang bergerak di bidang jual beli dan fintech yang menggunakan konsep keuangan berbasis digital.
Menurut lembaga riset Center for Human Genetic Research (CHGR), perkembangan startup di Indonesia sangat mengesankan. Sejak 2016 lalu, telah ada sekitar 2.000 startup lokal. Jumlah ini diperkirakan terus bertambah.
Perkembangan Pesat
E-commerce dan fintech adalah jenis startup yang terbilang berkembang paling pesat. Hingga November 2019 tercatat sebanyak 144 fintech lending sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan diperkirakan terus naik.
Secara akumulatif, pinjaman yang disalurkan melalui fintech lending hingga November 2019 telah mencapai Rp75,5 triliun.
Startup fintech lokal yang beroperasi di Indonesia ini dibagi dalam 4 kategori, yaitu:
1. Market Provisioning
2. Deposit, Lending, and Capital Rising
3. Investment and Risk Management
4. Payment, Clearing, and Settlement
Kategori yang terakhir merupakan jenis yang paling banyak. Bukan hanya para pebisnis lokal, beberapa pemilik startup fintech yang beroperasi di Indonesia adalah pemain asing, seperti True Money, Xfers, dan FinAccel.
Tantangan yang Dihadapi
Mengamati perkembangan startup di Indonesia, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh para pebisnis. Pertama, talent atau sumber daya manusia yang belum memadai karena masih belum banyak orang Indonesia yang memiliki keahlian khusus di bidang startup. Jadi, tak mengherankan jika perkembangannya sedikit terhambat. Para pakar hukum dan notaris yang sekaligus paham dunia ini pun belum terlalu banyak.
Selain itu, tantangan kedua yang harus dihadapi adalah keadaan infrastruktur di Indonesia. Saat ini, baru sekitar 30 persen masyarakat Indonesia yang bisa mengakses startup karena kurangnya penetrasi internet. Namun, kondisi ini sudah mulai mengalami perubahan karena peran pemerintah dalam membangun jaringan serat optik nasional.
Sementara itu, berdasarkan kajian pemerintah, ada setidaknya 7 penghambat perkembangan ekonomi digital di Indonesia, yaitu keamanan cyber, perpajakan, permodalan, logistik, infrastruktur komunikasi, edukasi, serta sumber daya manusia. Di antara semua itu, poin edukasi menjadi prioritas.
Tren Masa Depan
Beberapa tahun ke depan, para pebisnis startup diperkirakan akan semakin gencar melebarkan sayap. Tren startup yang disebut-sebut akan merajai dunia digital adalah fintech, software as a service, e-commerce, dan sebagainya.
Di sisi lain, penetrasi internet diharapkan terus berkembang sehingga masyarakat luas semakin banyak yang bisa mengaksesnya. Hal ini pun didukung oleh semakin banyak orang yang menggunakan smartphone.
Untuk jumlah startup, perkembangannya diperkirakan bisa semakin banyak startup lokal yang mendapatkan suntikan dana segar dari investor dalam jumlah yang tidak sedikit.
Seperti yang dikatakan Irene Corry, “Perubahan selalu terjadi di sekeliling kita. Untuk sukses, kita perlu beradaptasi dengan perubahan. Berubah atau binasa.” Tak bisa dimungkiri, perkembangan startup di zaman modern ini telah mengubah banyak hal. Nah, apakah kita siap untuk bergerak di dalamnya?