Advertisement
Silvia Fitriani
STIE Pembangunan, Tanjungpinang, Indonesia
Email : sfitrianee@gmail.com
Transformasi digital telah secara signifikan mengubah dinamika bisnis. Berdasarkan laporan dari McKinsey, sekitar 85% eksekutif melaporkan bahwa perusahaan mereka telah mempercepat proses digitalisasi selama masa pandemi COVID-19. Perubahan ini memiliki dampak yang besar terhadap cara organisasi mengelola sumber daya manusia, termasuk dalam hal sistem kompensasi.
Data dari World Economic Forum menunjukkan bahwa pada tahun 2025, sekitar 50% karyawan akan memerlukan peningkatan keterampilan atau pelatihan ulang yang substansial akibat adopsi teknologi. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting mengenai bagaimana sistem kompensasi perlu beradaptasi untuk mendukung pengembangan keterampilan dan mempertahankan talenta di era digital.
Terdapat berbagai solusi berkelanjutan untuk manajemen kompensasi di era digital. Pertama, perusahaan dapat mengimplementasikan sistem manajemen kompensasi berbasis cloud untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi. Sebagai contoh, Salesforce memanfaatkan data waktu nyata untuk membantu manajer dalam membuat keputusan kompensasi yang lebih tepat.
Selanjutnya, penting untuk merancang struktur kompensasi yang berfokus pada keterampilan. Perusahaan seperti Google telah menerapkan sistem "skill-based pay," di mana karyawan diberikan imbalan berdasarkan keterampilan yang dimiliki, bukan hanya berdasarkan posisi atau pengalaman.
Personalisasi paket kompensasi juga sangat menguntungkan. Dengan memberikan pilihan yang dapat disesuaikan, karyawan dapat memilih komponen kompensasi yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka. Allianz, misalnya, menerapkan sistem "cafeteria benefits" yang memungkinkan karyawan untuk memilih dari berbagai manfaat.
Mengintegrasikan program kesejahteraan ke dalam paket kompensasi juga dapat meningkatkan keterlibatan karyawan. Contohnya, Microsoft memberikan "wellness stipend" untuk mendukung aktivitas kesehatan dan kebugaran karyawan.
Terakhir, penting untuk meningkatkan transparansi dalam proses penentuan kompensasi. Buffer, sebuah perusahaan media sosial, telah menerapkan kebijakan transparansi gaji penuh dengan mempublikasikan gaji semua karyawan secara terbuka. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil dan menarik bagi karyawan.